All posts by admin

Agama Warisan, Mencari Tuhan?

Ini mungkin sudah yang berpuluh kali topik diskusi yang disampaikan, agama warisan hingga meninggalkan shalat karena belum yakin Islam agama yang dipilih.

Asumsi saya membaca, tetapi cuma sepotong, seringnya saya cuma bisa mengelus dada jika kerabat dekat yang menyampaikan, “baca lagi!” kata saya.

Dari muslim, non muslim hingga atheis, sebenarnya yang mereka tanyakan adalah logika kita, bukan bertanya kepada tuhan, sepanjang puluhan diskusi rasanya tidak ada yang berani mempertanyakan tuhan, yang mereka kejar adalah logika lawan bicara, saya pun sering menjawab, terus udah dapat agama baru? jelaskan…

Mudahnya, salah satu logikanya ada dipotongan hadits ini:

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

Jadi, apa yang kau cari?
Agama atau Warisan?



Partially: de-coding knowledge under islamic references

The reasons why socialism and capitalism not perfect, based on some scholars state, that they (west) understand it partially.

Some scholars mention presecutor of now days Marx, Engels, Adam Smith, Machiavelli and others, is Ibn Khaldun. Wide range of studies branched from their thoughts, how many discipline now days establish after reinaissance and then we become also understand it particially.

Before, they recognised him (Ibn Khaldun) as Fathers of Social Science, then after that they also notice how he describe his work in Macro Economics, and maybe later will be on Industrial Engineering & Manufacturing, Projects Mgmnt, why, because he put high concerns to “labour”.

So, if you dont want to miss it, after finish read all socialism, capitalism, don’t forget to read (Economics) Fiqh of Umar if you feel struggle to understand it in Quran & Hadits.

Have a nice day everyone…

—–
de-coding knowledge under islamic references

#Worldclass_Ummah



Para Pemimpi(n): Muallim

Muallim memiliki posisi terhormat dimana saja berada, karena merekalah pembaca hikmah dari sumber-sumber yang Allah berikan, baik dari Al-Quran & Hadits, juga dari Alam Sekitar dan juga dari cobaan hidup yang beragam.

Posisi muallim yang Allah sebutkan keistimewaannya dalam surat Al-Muzadallah ayat 11, yang artinya

“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Muallim memiliki beberapa sifat dan beberapa ciri khas, yang sifat utamanya adalah yang Rasulullah temui dalam sahabat utamanya, yakni As-Shiddiq “yang membenarkan”.

Sifat muallim yang utama karena memiliki ilmu adalah membenarkan yang disampaikan orang lain, dimana mayoritas orang lain ragu dan muallim dapat membenarkan dan menguatkan apa yang disampaikan benar oleh siapapun dan kapanpun.

Dua ciri khas muallim adalah kita ambil ibrah dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah dalam haji wada’:

Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, barangkali sebagian orang yang menerima kabar (tidak langsung) lebih mengerti daripada orang yang mendengarkannya (secara langsung).

  1. Menyampaikan, baik dengan menuliskan, menghafalkan untuk disampaikan kepada orang lain, terlepas paham atau tidaknya, terlepas dari keterbatasan untuk memaknai.
  2. Memahami, mencoba mentadabburi dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada, karena manusia dituntut partisipasinya dari apa-apa yang dipahaminya.

Sifat yang perlu diwaspadai adalah, sombong karena Ilmu yang dimiliki. Banyak perkara yang hadir dari rasa sombong dari ilmu yang dimiliki, dari menganggap manusia lain rendah, dsb.